here I am

#Sponsor Link Tilter
#Sponsor Link Tilter

Pagi ini, aku melihatnya lagi setelah enam bulan lamanya tak ada kabar. Sore itu dia hanya tersenyum sambil berlalu di depanku. Aku berusaha mengejarnya tapi terlambat, dia sudah terlanjur menyeberang jalan.

"Mau kemana?" teriakku di sela-sela deru lalu-lalang kendaraan.
"Mengejar mimpi yang tertunda," katanya.

Belum sempat aku lanjutkan pertanyaanku, dia telah berlalu menyatu dengan sebuah angkutan umum. Dan semenjak hari itu aku hampir tak pernah melihatnya lagi. Hingga pagi ini, aku melihat gadis itu turun dari angkutan umum, sebagaimana yang terjadi dulu. Lalu dia melangkah ringan dan tersenyum kepadaku. Aku balas tersenyum. Ada sesuatu terasa di dalam sini. Seperti sebuah kelegaan setelah menaruh beban. Atau sebuah kelegaan karena aku akan mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaanku yang tertunda.
Aah, si gadis warnet dating kembali. Langkah-langkahnya yang ringan mendekati pintu besi setinggi tiga meter. Membuka dua gembok pengamannya lalu mendorong dengan sekuat tenaga. Meraih sapu dan kemoceng. Alih-alih menyapu lantai, dia menggumamkan lagu yang berputar di winamp. Menata meja operator dan duduk di singgasana yang telah ditinggalkannya sejenak. Mulai menyapa santun beberapa user yang datang. Pun aku yang sejak tadi hanya termangu menatapnya.

"Kemana saja?" tanyaku begitu dia menyilakan aku masuk.
"Tak kemana, hanya memulai sesuatu yang telah tertunda." jawabnya sambil tersenyum.

Dia masih seperti dulu. Sekalipun tengah berbincang, tangannya tetap menari riang menekan tombol demi tombol keyboardnya. Matanya selalu berpindah dari monitor dan lawan bicaranya. Bukan bermaksud meremehkan, katanya, hanya saja dia tak bisa menunda setiap kata di otaknya untuk keluar dan menari bersama jemarinya.

"Bagaimana ceritanya kamu kembali lagi?" selidikku.
"Hmm, mungkin karena kebetulan tempat ini masih berjodoh denganku,"

Selalu seperti itu. Jawabannya tak pernah membuatku tak berpikir. Sehingga tak jarang aku memintanya mengulang kata-katanya atau memintanya untuk menjelaskan dengan cara yang lebih gamblang. Tanpa keberatan dia menjelaskan dengan sabar layaknya seorang guru pada muridnya.
"Aku pergi dulu, ada kerjaan. Semoga harimu menyenangkan!" ucapku sambil berlalu. Dia pun mengangguk sambil tersenyum. Senyum yang begitu sederhana namun meninggalkan bekas yang luar biasa. Aaah, gadis warnetku telah datang kembali. Bersama senyum paginya yang sederhana.

0 comments: