here I am

#Sponsor Link Tilter
#Sponsor Link Tilter

Sore yang cerah saat Uun berangkat ke rumah Kakek Jaja. Kakek Jaja adalah kakak dari Kakeknya Uun. Sudah cukup lama Uun tidak berkunjung ke rumah Kakek Jaja karena sibuk dengan kuliahnya – tiga bulan lalu Uun diterima di sebuah Universitas swasta di kota. Padahal keluarga Uun adalah kerabat yang rumahnya paling dekat dengan Kakek Jaja. Pun jarak rumah Uun dan kakek Jaja tak begitu jauh. Uun pergi dengan sepeda bututnya, yang konon kabarnya itu sepeda peninggalan Kakeknya. Hanya beberapa puluh kayuh Uun sudah sampai di rumah Kakek Jaja.

“Assalamu’alaikum, Kek!” teriak Uun saat memasuki pekarangan rumah Kakek Jaja. Tak ada jawaban meskipun saat itu tampak oleh Uun bahwa Kakek Jaja sedang ngopi di teras. Maklum, Kakek Jaja sudah tua, jadi pendengarannya sudah berkurang.

“Assalamu’alaikum, Keeeekkkk!” teriak Uun lagi. Kali ini sambil berdiri di dekat Kakek Jaja.

“Wa’alaikum salam. Oh, kamu Uun? Nggak usah teriak-teriak begitu, kakek belum budheg!” jawab Kakek Jaja. Kemudian Kakek Jaja menyodorkan kursi plastik pada Uun. Merasa tahu maksud Kakek Jaja, tanpa disuruh Uun menduduki kursi plastik itu.

Braaakkk!!!

“Lho, Un? Kamu kenapa? Kok kamu dudukin kursinya? Itu kursi kan retak kakinya?” tanya kakek panjang lebar.

“Bukannya tadi Kakek kasih itu kursi buat Uun duduk?” sahut Uun sambil memegangi pantatnya yang sakit.

“Lho? Siapa yang suruh kamu duduk? Tadi kakek singkirkan kursi itu supaya tidak kamu pakai duduk. Kakek belum ngomong kamu malah sudah duduk, sini duduk!” terang Kakek Jaja seraya menunjukkan kursi yang di depannya. Uun hanya meringis mendengarnya.

Uun masih memagangi pantatnya yang sakit. Sedangkan Kakek Jaja kembali asik dengan kopinya. Di atas meja tersedia sepiring singkong rebus, makanan kesukaan Kakek Jaja. Kalau Uun dating sore-sore begini dan menemukan Kakek Jaja bersama secangkir kopi dan sepiring singkong rebus itu artinya Uun harus siap menjadi pendengar yang budiman. Mendengarkan cerita masa muda Kakek Jaja. Cerita yang penuh petuah dan inspirasi.

“Kamu kok sekarang jarang kemari, Un?” tanya Kakek Jaja sebelum memasukkan gigitan singkong yang kesekian ke mulutnya yang keriput. Tampaklah oleh Uun, banyak gigi kakek yang sudah ompong.

“Maaf, Kek! Uun sibuk dengan kuliah. Masih sibuk ngurus administrasi akademiknya.” terang Uun. Dia pun mulai mengikuti Kakek Jaja mencomot sepotong demi sepotong singkong rebus di piring.

“Memangnya kamu kuliah apa?”

“Uun ambil jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.”

“Bagus itu, sekarang banyak kan dicari guru Bahasa Inggris?”

“Iya sih, Kek. Tapi belajar bahasa Inggris susah. Waktu sekolah dulu nilai bahasa Inggris Uun jelek sekali.” keluh Uun sambil merengut.

“Kamu pengen bisa bahasa Inggris lancer? Kakek ada caranya,” ucap Kakek Jaja sambil tersenyum.

“Benar, Kek? Gimana caranya? Uun terlihat antusias. Matanya berbinar memandang Kakek Jaja. Lelaki tua itu hanya megangguk, tersenyum melihat tingkah cucu keponakannya.

“Kamu banyak-banyaklah makan keju, jangan makan singkong terus!” terang Kakek Jaja sambil menatap piring singkong rebus yang telah kosong. Uun hanya tersenyum-senyum, tangan kirinya menggarauk kepala yang tidak gatal. Sedang tangan kanannya malu-malu memasukkan gigitan terakhir singkong rebus.

0 comments: